Senin, 23 Mei 2011

Apa arti selama ini?

 Dear diary,

Entah apa yang ada di pikiranku setiap malamnya, hari-hari mungkin akan terasa berat tanpanya. Hidup ini penuh lika-liku yang tiada henti. Amel adalah namaku, umurku 25 tahun, Dodik pria yang aku sayang, aku cinta, aku puja dan kuserahkan seluruh perhatianku kepadanya selama 4 tahun, hanya sia-sia belaka.
Awalnya aku hanya menanggapnya biasa saja, karena aku yakin akan suatu perubahan. Tapi apa nyatanya? Jangankan berubah, tingkahnya semakin menjadi-jadi. Awalnya saja romantic, aku di sayangnya, selepas kerja, ia selalu menjemputku, dan menungguku dengan setia. Dan karenanya, aku pun memberi perhatian sama pada yang ia lakukan kepadaku. “Jangan lupa makan ya.”, kataku mengingatkan makan padanya, “Jangan lupa solat ya.”, ku ingatkan dia untuk menemui-NYA, “Jangan terlalu capek kerja ya.”, ku ingatkan ia ketika lupa untuk istirahat karena kerjanya yang sibuk.

Waktu itu sangatlah cepat berganti, dan tak terasa 4 tahun sudah bersamanya. Jangan sangka 4 tahun yang bahagia, yang ada justru aku yang mengelus dada, berusaha untuk sangat bersabar menghadapi tingkahnya, dan selalu yakin akan perubahan dalam dirinya. Akhirnya, 4 tahun sudah kami menjalin kasih. Setelah kami putus, ia dengan mudahnya dapat penggantiku. Tapi anehnya, dia tetap menghubungiku, dengan alasan perhatian yang di berikan oleh kekasih barunya kurang.

Awalnya aku sudah enggan dengannya, terkadang pula, jika dia SMS, aku hanya mengabaikannya, dan begitu aku mengabaikan, dia berusaha menelpon ke kantorku. Mau tak mau, aku harus menerimanya, dari pada aku di marahi oleh bossku. Dia berkata panjang lebar, berusaha meminta maaf, dan meyakinkan kalo ia telah berubah.

Sebagai manusia yang memadu kasih, siapa yang tak cemburu melihat kekasihnya masih berhubungan dengan mantanya. Hingga akhirnya, aku pun di telpon oleh kekasihnya, “Dasar, wanita gak tau diri ya. Udah tau punya pacar, masih aja ke gatelan deketin.”, sentaknya di telpon, “Maaf, sorry ya. Yang ke gatelan itu bukan aku, tapi cowok kamu tuh, sampe-sampe telpon ke kantorku, apa maunya coba?”, belaku dengan nada keras juga, selama sekitar 15 menit, di telpon hanya berdebat saja aku dengan kekasihnya itu.

Sekitar seminggu setelah kekasih Dodik yang ‘sempurna’ itu menghubungiku, Dodik pergi ke kost ku. Aku pun tak bisa mengelak, akhirnya ia cerita bahwa ia putus sama kekasihnya. Ia menampar kekasihnya itu, karena ia membelaku setelah kekasihnya itu mengataiku wanita murahan. Itu yang ia ceritakan padaku, hatiku yang awalnya bagai es, luluh mendengar ceritanya itu.

Akhirnya, kami pun ‘seperti’ sedia kala, tapi belum ada kata balikan sebagai kekasih. Ia berkata bahwa ia sudah tidak pernah menghubungi mantanya itu, tapi apa nyatanya? Saat ia menjemputku, aku melihat ia dari jendela kantor, ia sedang menelpon seseorang. Kemudian setelah ia menjemputku, ia mengajak makan di sebuah restaurant fast food, dan saat ia pergi ke kamar mandi, ia lupa membawa HPnya dan langsung saja aku ambil, aku periksa panggilan keluar, dan benar saja, yang tadi ia telpon adalah mantanya itu.

Ke-esokannya, ia menyuruhku dating ke kostnya, tapi apa nyatanya? Ia tidak ada di kostnya, berjam-jam aku menantinya, hingga ibu kostnya pun menemaniku. Ku coba SMS tak ada balesan, ku coba telpon tak di angkat olehnya. Lelah ku menunggunya, dan kuputuskan untung pulang ke kostku, sesampainya di kostku, ibu kost Dodik menelpon ku, “Amel, itu si Dodik udah pulang.” Begitu katanya di telpon, dank u telponlah si Dodik untuk meminta penjelasan, tapi apa? Tetap tak di angkatnya. 

Minggu pagi, kuputuskan untuk meminta penjelasan langsung padanya, dan tanpa sepengetahuannya, aku menghampiri kostnya. Begitu aku tiba di kostnya, “Eh, Amel. Ada apa?”, katanya dengan muka kaget dan innocent, se-akan ia mengalami amnesia akan kejadian kemarin dimana aku menunggunya berjam-jam. Di dalam, aku meminta penjelasan, dan dengan gampangnya ia berkata, “Maaf, aku kemarin sama Lisa.”, Lisa adalah mantanya, “Orang tuaku lebih setuju dengannya.”, lanjutnya padaku, “Terus apa artinya aku ini?apa artinya kamu cari aku saat kita udah putus kalo nyatanya seperti ini?”, kataku marah, “Aku..aku..aku bingung harus gimana.”, katanya terbata-bata. Aku bagaikan ‘bonekanya’ yang bisa ia mainkan sesukanya, dan karena aku benar kesal olehnya, spontan aku tampar mukanya. Dan tau apa yang ia lakukan balik?bukan hanya tamparan saja, ia juga mencekikku, memukulku dan ak berusaha melarikan diri, dan akhirnya aku lepas dari cengkramannya dan aku langsung saja pergi begitu saja dan kutinggalkan kostnya.

Setelah kejadian dimana ia melakukan hal yang mungkin tidak seharusnya di lakukan bagi seorang pria sejati, dia menelponku. Ku angkat, dan dengan gampangnya, “Habis kamu yang tampar aku duluan.”, katanya, padahal siapa yang tidak sakit hatinya di permainkan seperti itu. Tapi mungkin aku juga salah, terlalu terfokus pada 1 pria yang telah menyakitiku. Selain itu, bukannya dia menyesel, dia justru menyalah-nyalahkan ku, selalu saja aku di pojokkan olehnya. Lelah, akhirnya saat ia SMS, aku biarkan saja, saat ia telpon, aku biarkan. Dan SMSnya pun tak penting, pernah saat itu ia hanya sms, “Laper”, so what?pikirku, emangnya aku ibunya. “Aku butuh bantuan”, isi SMSnya yang lain, tapi aku hiraukan.

Terus saja seperti itu, menghubungiku. Lelah, akhirnya aku ganti nomer telpon, aku berusaha menghilangkan jejakku. Kini aku sadar, 4 tahun tak ada arti, yang ada hanya kepedihan dan harga diriku sebagai seorang yang terluka oleh tingkahnya itu. Kalo memang ia lelaki sejati, seharunya tingkahnya tidak seperti itu, memukul seorang perempuan adalah tindakan seorang lelaki lemah. 

Doaku untuknya,
Tuhan, sadarkanlah dia. Berikan pencerahan padanya, buka mata hatinya yang beku itu, buka mata hatinya agar ia dapat melihat pengorbanan seseorang padanya. Rubahlah ia menjadi yang lebih baik, Tuhan, jagalah dia, biar bagaimanapun, ia pernah berada di hatiku.”

Aku ucapkan terimakasih kepadanya, karena telah memberikan pelajaran berharga tentang apa itu cinta. Walaupun aku sudah menjadi korban permainannya dan tingkahnya itu, aku akan terus mengingatnya selalu. Dan untuk kalian yang lain, aku tau mau itu terjadi pada kalian. Cukup aku yang menjadi korban. Oleh karenanya, carilah kekasih yang cinta dan sayang padamu secara tulus. Jangan lihat dari parasnya, dan jangan lihat dengan mata saja, tapi lihatlah dengan hati. Jangan tertipu oleh seseorang yang hanya pada awal-awalnya saja baik, tapi lama-lama seperti apa yang Dodik lakukan padaku. Hidup kita ini sangatlah berharga, lebih baik buat diri kita menjadi seseorang terlebih dahulu, baru pikirkanlah tentang cinta dan jangan lah terfokus pada 1 orang. Sayangin hidupmu terlebih dahulu, baru sayangi orang lain.

Amel,
Tuhan berada di sekitar kita!!!

By GaWi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gwe-Store