Jumat, 06 Mei 2011

Rangga, maafkanlah aku


Dear  diary,


Namaku Vanda, umurku sekarang 24 tahun.  Aku teringat dimana saat itu aku berumur 15 tahun dan saat itu masih kelas 1 SMA. Dia adalah idola di SMA saat itu, Rangga namanya, hidungnya yang mancung, matanya yang berbinar-binar, serta kulitnya yang putih, dia adalah sang idola. Aku bermimpi jika aku menjadi kekasihnya, dia adalah impian setiap wanita di SMA ku. Kelas ku yang bersebelahan dengan kelasnya sehingga membuat kita kenal satu sama lain. Kitapun semakin dekat, di tambah lagi kita berdua selalu di goda oleh teman-teman. Waktu berlalu, dan akhirnya kita pun menjadi sepasang kekasih, hatiku menjadi berbunga-bunga ketika bersamanya. Rangga adalah first love ku dan sebaliknya, cinta yang kami jalani sangat indah dan suci. Dia sangat sayang pada ku, matanya membuatku luluh hingga tak kuasa hati ini.
Hidupku begitu indah saat itu, dia selalu mengisi hari-hariku dengan keceriaan dan dia bagaikan seorang malaikat. Terkadang jika sabtu malam tiba dia main ke rumahku, sikapnya yang sopan membuat ia dekat dengan keluargaku. Dia memanggilku VanVan, aku memanggilnya RangRang, kalau dipikir sungguh lucu nama panggilan kita masing-masing. Ya, inilah jiwa muda yang sedang berbunga-bunga oleh cinta yang terkadang memabukkan, dunia serasa milik berdua, hanya ada aku dan dia. Di saat hari ulang tahunku, dia memberikan setangkai bunga mawar kesukaanku dan itu membuatku sangat bahagia di tambah sebuah kecupan di kening ku. Bisa di bilang hubungan kami baik-baik saja, jarang sekali ada masalah. Tahun pertama bersamanya terlewati sudah, tak terasa waktu begitu cepat berlalu.

Di tahun kedua, tidaklah semulus tahun pertama. Dia mengikuti kegiatan basket, dan dia menjadi semakin idola. Banyak cewek-cewek yang di sampingnya, dan aku sedikit terlupakan olehnya. Hubungan kami tak seindah dulu, dia mulai berubah. Pernah suatu ketika, dimana aku memintanya menjemputku, tiga puluh menit lewat, satu jam, dan akhirnya dua jam kemudian dia mengirimkan SMS yang berisi bahwa dia lupa pada hari itu ada latihan tanding dan dia tak dapat menjemputku. Aku di buatnya marah, menunggu berjam-jam bagaikan seorang patung. Sifatnya mulai berbubah, entah mengapa mungkin karena dia sekarang berada di atas angin, karena banyak yang mengidolakan dirinya atau memang dia sudah bosan kepadaku. Rangga oh Rangga, apakah yang sebenarnya ada di benakmu? Aku tak dapat memahaminya. Aku bukan lah robot, aku adalah manusia yang mempunyai perasaan, aku heran, mengapa di tahun ke dua ini dia sering sekali menyakitiku. Dia mulai cuek, sikapnya yang masa bodoh itu membuatku kadang tak tahan, tapi persaanku berkata lain. Saat ulang tahunnya, aku memberikan sebuah kejutan, ku belikan dia kaos sepakbola favourite nya, dia pun tampak senang sejenak, lantas kemudian cuek begitu saja. Ku selalu bertanya, apa yang telah ku perbuat kepadanya, tetapi dia selalu berkata, “Tidak ada yang salah dalam dirimu, tetapi ada yang salah dalam diriku.” Ucapnya selalu kepadaku. Aku tak mengerti mengapa dia selalu berkata seperti itu, pikirku selalu negative akan dirinya. Waktu kita berdua semakin berkurang, entah karena kesibukannya atau karena suatu hal. Terkadang aku main ke rumahnya, tetapi dia tak ada di tempat. 

Pada suatu ketika, akhirnya dia main ke rumahku dengan membawakan bunga mawar seperti biasa. Dia meminta maaf akan sifatnya yang sedikit berubah, aku pun memaafkannya. Tetapi, itulah Rangga, biar bagaimanapun ada saja yang ditutupinya.

Tahun demi tahun berlalu sudah. Sekarang hubungan kami menginjak di tahun ketiga. Tuhan, sebenarnya apa yang terjadi pada Rangga? Aku semakin tak dapat menikmati hubungan kami, dia benar-benar berubah. Hubungan kami menjadi sangat kaku, bisa di bilang bagaikan seorang musuh. Dia sering sekali marah kepadaku tanpa sebab yang jelas, perlahan aku pun menghindar karena sikapnya dan hubungan kami yang kaku. Jika waktu istirahat tiba, terkadang dia main ke kelasku untuk menemuiku, tetapi aku selalu pergi terlebih dahulu bersama temanku untuk menghindari Rangga. Terkadang ada saja alasanku untuk menghindarinya, tetapi terkadang aku merasa kasihan akan dirinya dan aku menemuinya di kelasnya. Dia selalu meminta penjelasan balik akan tingkah ku ini, “Aku hanya ingin waktu bersama teman ku.” Seruku padanya. Terkadang ku lihat mukanya sangat pucat, entah mungkin karena kelelahan akan kesibukannya sebagai pemain basket. Saat pertandingan persahabatan, aku pun ikut menonton untuk menyemangatinya, tak di sangka, saat itu di tengah pertandingan tiba-tiba dia terjatuh pingsan. Aku pun bingung, akhirnya dia di bawa ke rumah sakit terdekat dan harus menginap untuk beberapa hari. Jika aku ada waktu luang, ku luangkan waktuku untuk menemuinya bersama teman ku.  Tuhan, mengapa aku serasa Rangga semakin menjauh, entah karena perasaanku saja atau memang akan adanya. Seminggu lebih dia istirahat, akhirnya dia kembali bersekolah. Saat itu, sekolah mengadakan acara liburan, karena waktu itu ada libur beberapa hari dan para murid ingin untuk acara berlibur bersama. Akhirnya pihak sekolah pun setuju, dan di tetapkan untuk pergi berlibur. Dan akhirnya terjadilah waktu yang akan merubahku atas sikapku, Rangga bersama temannya bercanda-canda, terkadang aku menemaninya tetapi sebenarnya hati ini sudah merasa tak nyaman terhadapnya. Dia bermandi di pantai bersama temannya, raut muka yang bahagia terlihat di mukanya, senyumnya yang tak dapat kulupa. Tiba-tiba temannya berteriak-teriak, aku pun kaget di buatnya. Ternyta Rangga pingsan dan tak sadar diri, kita semua panic di buatnya, sedangkan rumah sakit lumayan jauh. Akhirnya, dibawalah dia dengan mobil kepala sekolah, aku menemaninya di dalam mobil tersebut. Rangga, akhirnya dia menghembuskan nafas terakhirnya di mobil kepala sekolah dimana akan di bawa ke rumah sakit. Oh Rangga, sikapku akan dirimu dan satu hal yang aku baru tahu akan dirinya, ternyata dia memiliki sebuah penyakit dan itu yang membuat sifatnya berubah kepada ku. Oh Rangga, rasa penyesalanku yang dulu selalu menghindar, rasa bersalahku terhadap dirimu. Setiap malam setelah kepergiannya aku selalu berdoa kepada Tuhan:
Tuhan, maafkanlah sikapku yang selalu menghindarinya,
Sikapku yang tak memiliki perasaan kepadanya,
Sikapku yang egois yang terkadang membuatnya sakit hati,
Tuhan, sampaikan maafku kepadanya.

Itulah doa yang selalu kupanjatkan kepada Tuhan. Tidak ada kata putus antara aku dan Rangga, hanya terjadi begitu saja. Penyesalan memanglah hanya penyesalan, percuma untuk di sesali selamanya.
Mungkin Rangga tak akan pernah ku lupa, tapi akhirnya aku bertemu Onie, dia adalah adik kelas ku di SMA dulu. Onie sangat baik, dia tahu hubunganku bersama Rangga dulu, dia pun memakluminya. 
Onie adalah masa depanku, kehidupanku yang baru, tak lama kita berpacaran, dia mengajakku menikah. Akupun senang oleh ketulusan hatinya kepadaku, dan kini aku memiliki malaikat kecil yang membuat hidupku tambah bahagia. Rangga, semoga kau tenang di surga sana, aku akan selalu mendoakanmu, dan  kau akan selalu ku ingat selamanya.

Vanda,

By GaWi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gwe-Store