Sabtu, 21 Mei 2011

Ia


Tubuh yang dulu kuat, kini harus melawan ke rentaan tubuhnya sendiri. Ia di makan oleh waktu, rambut yang dulu hitam, kini harus berubah menjadi putih. Ia, rela mengorbankan dirinya hanya untuk membahagiakan orang yang ia cinta. “Nasinya sudah matang, ayo makan.”, ucapnya, ia selalu mengingatkan kita apa pun itu, “Ayo bangun, waktunya sekolah.”, tuturnya. Ia yang paling sabar di antara kita, “Aku mau mainan itu.”, bentak si kecil padanya, kita terkadang tak menghargainya, “Gak usah ceramah, aku udah gede, tahu yang buruk.”, bentak si remaja padanya, ia hanya mengelus dada.

Ia akan berjuang bagaimanapun caranya, cincin nikah satu-satunya, ia jual hanya untuk rupiah. Jiwanya telah hilang sebagian, Ia harus berperan ‘ganda’. Sedih rasanya melihat jiwanya yang hilang, tapi ini hidup, tak kekal. Tubuh yang dulu berisi daging-daging, kini habis di makan pikiran. Tubuh yang dulu sehat, kini harus sakit-sakitan. Ia tak pernah mengeluh, Ia sosok yang kuat, yang bisa menerima penderitaan hidup. Ia tersenyum seakan tak ada masalah, padahal itu adalah ‘senyum kepalsuan’, hatinya merana. Ia melihat si muda yang penuh dengan energi, itulah ia di saat muda. “Kamu harus berlaku baik jika ingin orang lain baik kepadamu.”, ia berujar, itulah dia, selalu memberi nasihat. “Aku putus sama dia.”, ucap si gadis dengan tetesan air mata kepadanya, “Sudah, jangan menangis. Masih banyak cowok di dunia ini sayang.”, katanya yang berusaha menghibur sang gadis.

“Dia pinjam uangku tapi entah sekarang pergi kemana.”, kata si cowok dengan nada kesal, “Makanya, Jangan mudah percaya pada seseorang,  jadikan ini pelajaran buat kamu.”, ucapnya lembut pada si cowok. Itu lah Ia, sungguh hebat, padahal ia sendiri juga memiliki masalah. Ia, selalu bangga akan kita, tapi kita?kita terkadang lupa akan ia. Ia tak meminta apa-apa dari kita, ia hanya ingin kita bahagia, makmur, dan sejahtera. Ia memberi hadiah-hadiah di saat kita ulang tahun, ia selalu ingat akan ulang tahun kita. Saat kita belum bisa bicara dan berjalan, ia mengajari kita bagaimana caranya.

Berat rasanya menjadi Ia. Kasih sayangnya dan cintanya tak ternilai, sedangkan kita? Ia meminjamkan tubuhnya 9 bulan hanya untuk kita. Katakanlah “I love you” padanya sebelum kita tak dapat mengatakannya, karena Ia menanti malaikat sang pencabut nyawa yang datang tanpa di duga.

Ia,
by GaWi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gwe-Store